Great by Choice

Dimulai dari sebuah pertanyaan ‘Mengapa sejumlah perusahaan berjaya di tengah ketidakpastian, bahkan kekacauan, sementara perusahaan lain tidak?’, tim penulis melakukan penelitian berdasarkan data-data yang berhasil didapatkan dari berbagai perusahaan sejak tahun 1972 hingga tahun 2002. Penelitian tersebut dimaksudkan untuk mengungkap sebenarnya apakah faktor pembeda antara perusahaan 10X dan perusahaan pembanding.

Kita tidak bisa meramalkan masa depan, tapi kita bisa menciptakannya

Great by Choice


Penelitian itu terbukti membantah teori-teori yang telah lama beredar dengan telak. Misalnya saja perusahaan 10X yang tidak lebih dinamis daripada perusahaan pembanding, terbukti masih lebih lama bertahan. Juga perusahaan 10X yang tidak lebih inovatif. Kenapa demikian? Ada beberapa kemiripan yang ditemukan pada perusahaan 10X yang disebut dengan 3 perilaku inti yaitu Disiplin Fanatik, Kreativitas Empiris, dan Paranoia Produktif. Ketiga sifat tersebut digerakkan oleh Ambisi Level 5.

Hal yang paling penting bukanlah dewi fortuna sedang memihak padamu atau tidak, tapi apa yang kamu lakukan dengan keberuntunganmu tersebut

Tim penulis memberikan contoh berupa Perjalanan Ronald Amundsen dan Robert Falcon Scott. Cerita tersebut berhasil memberikan gambaran bahwa keberhasilan bukanlah bergantung pada situasi, tapi pada perilaku. Dapat dibayangkan, keduanya memiliki situasi ekstrim yang sama di Kutub Utara. Namun pada akhirnya Scott ditemukan meninggal kedinginan. Amundsen sendiri selamat berhasil mencapai basecamp jauh hari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh persiapan Amundsen yang lebih matang daripada Scott miliki sebelum perjalanan dimulai.

Apa yang dapat kamu lakukan untuk mengubah kelemahanmu menjadi sebuah kelebihan yang dapat kamu andalkan

Selanjutnya tim penulis memberikan pertanyaan pilihan kepada pembaca tentang dua perusahaan yang meraih laba tahunan sejumlah 25% dan 45% selama periode yang sama (19 tahun). Tentunya sebagai investor, akan cenderung memilih perusahaan kedua sebagai lahan investasi. Akan tetapi, ternyata laba perusahaan kedua sangat fluktuatif sedangkan perusahaan pertama secara konsisten mencetak laba sejumlah 30% selama 16 dari 19 tahun. Pada akhirnya pun perusahaan kedua menghilang dari bursa.

Dari contoh tersebut, tim penulis berusaha menekankan bahwa pentingnya konsistensi dalam sebuah perjalanan bisnis perusahaan. Hal tersebut menunjukkan perusahaan dapat bertahan baik dalam kondisi baik maupun buruk. Tentunya dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih untung karena selalu meraih keuntungan baik dalam kondisi yang mendukung maupun mengguncang perusahaan.

Pada akhirnya, kita sendirilah yang akan bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja, bukan malah menyalahkan kondisi atau lingkungan

Salah satu kontroversi yang diutarakan oleh tim penulis yakni inovasi bukanlah hal terpenting pada perusahaan. Bukannya tidak penting namun harus dibarengi dengan kedisiplinan. Dalam melakukan inovasi, perusahaan diharuskan melakukan eksperimen atau percobaan rendah risiko dan tidak menyita terlalu banyak sumber daya perusahaan.

Tembakkan peluru
Lakukan kalibrasi
Tembakkan peluru
Lakukan kalibrasi
Tembakkan meriam

Disebutkan bahwa tanpa adanya peluru, meriam tak terkalibrasi yang ditembakkan dapat memberikan dampak risiko yang besar bagi perusahaan.

Bukannya aman dari risiko, perusahaan perlu bersiap dalam menghadapi hal yang tidak terduga, membatasi segala risiko dan mengelolanya dengan baik, serta melakukan zoom out zoom in untuk menakar perubahan kondisi lalu menyikapinya dengan gigih, bukan gegabah.

Perusahaan 10X juga memiliki resep sukses berupa SMaC, singkatan dari “Specific, Methodical, and Consistent”. Resep tersebut tidak berubah sepanjang zaman, kecuali 20% di antaranya, tidak lebih. Resep SMaC terbukti berhasil diterapkan berkali-kali layaknya loyang roti yang tetap digunakan berkali-kali dalam pembuatan. Perusahaan-perusahaan tersebut bukan kaku atau dogmatis, namun disiplin, kreatif, dan paranoid.

Para perusahaan 10X mungkin beruntung namun perusahaan pembanding juga tidak kalah beruntung. Hal yang paling penting dari keberuntungan yakni apa yang dilakukan pada keberuntungan tersebut. Bisa jadi keberuntungan yang baik memberikan hasil yang jelek. Atau sebaliknya.

Keberuntungan tidaklah cukup, perlu didukung dengan sifat-sifat yang sudah terangkum sebelumnya yaitu, Disiplin Fanatik, Kreativitas Empiris, Paranoia Produktif, dan Ambisi Level 5.

***

Dari segi isi, buku ini sangatlah menarik dijadikan sebagai referensi dunia bisnis. Di balik dunia yang bergejolak, penuh perubahan di mana-mana, dan membuat mitos bahwa perusahaan haruslah secara dinamis menyesuaikan perubahan tersebut. Serta membuat terobosan inovatif untuk saling bersaing menuju puncak kesuksesan. Buku ini berhasil mematahkan mitos-mitos tersebut secara telak dengan penelitian yang saya percaya membutuhkan waktu serta tenaga yang tidak sedikit. (Lihat saja banyak fondasi penelitian dan referensi yang dipaparkan pada bagian akhir buku, saya pikir itu bukan buku, tapi sebuah master tesis sejuta umat, saking tebelnya) *lebay*

Dari segi bahasa, buku ini kebetulan saya beli ketika mampir di sebuah toko buku terkenal yang biasa juga menjual alat musik, olehraga, bahkan modem di dalamnya (?). Buku yang saya beli merupakan buku terjemahan, bahasa yang digunakan agak kaku sehingga kurang pas dan kurang enak dibaca. Pesan yang ingin disampaikan oleh tim penulis saya pikir tidak luntur akibat adanya peralihan bahasa. Namun cukup berhasil membuat saya kurang bersemangat melanjutkan perjuangan membaca buku hingga selesai karena menemukan kata-kata yang bisa dibilang canggung.

Apa yang sudah kamu lakukan terhadap keberuntunganmu?

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.