Etika Merokok

Rokok telah menjadi candu bagi sebagian orang. Boleh saja mengkonsumsi rokok, asal menerapkan juga etika merokok. Apa itu etika merokok?

Post ini diterjemahkan ke Smoking Ethics

Perlu diketahui saya bukan perokok aktif, alhamdulillah. Tulisan ini juga tidak bersifat memojokkan perokok aktif dengan segala kerugian yang ditimbulkan akibat candunya tersebut. Saya punya banyak teman dekat yang merupakan perokok aktif. Dan saya bersyukur mereka mengerti etika merokok.

Etika Merokok
Photo credit: narciss

Etika merokok?

Iya, saya sebut sikap mereka sebagai etika merokok. Mereka boleh saja merokok asalkan menghormati hak-hak milik orang lain yang bukan perokok aktif. Misalnya,

  1. Asap rokok tidak sampai mengganggu non-perokok aktif.
  2. Sampah (abu dan pangkal rokok) dibuang di tempat yang telah disediakan.

Namun sayang sekali etika yang terkesan sepele itu acapkali diabaikan. Saya sering menemui sampah rokok di tengah jalan (bahkan baranya masih menyala karena baru saja dibuang). Hal ini tentu saja membahayakan bagi orang yang mungkin kebetulan tidak memakai alas kaki. Selain itu sampah rokok yang tidak dibuang pada tempatnya menunjukkan sikap yang kurang bertanggung jawab. Setelah mendapatkan hak kebebasan merokok, diwajibkan pula untuk membuang rokok di tempat yang telah disediakan, bukan asal lempar sembarangan di tengah jalan.

Saya pernah makan di sebuah warung sederhana. Saat itu saya sedang makan Soto Ayam Surabaya yang amat sedap. Akan tetapi rasa sedap itu hilang seketika karena asap rokok yang mengepul dari belakang saya. Bisa dibayangkan rasa soto tersebut berubah menjadi rasa asap. Tentu tidak enak. Saya yakin perokok tersebut pun tidak akan makan sambil merokok, karena lezatnya makanan itu akan buyar karena asap rokok yang ia hisap.

Oh iya satu hal lagi,

Saya mohon dengan sangat agar tidak bercanda dengan kalimat `gak cowok banget sih ga ngerokok`. Kalimat ini memang sudah tidak mempan ditujukan kepada saya, akan tetapi jika kalimat yang niatnya basa-basi atau becandaan ini ditujukan kepada abegeh atau remaja, menurut saya hal ini cukup berbahaya. Ya namanya juga abegeh, masih labil dan masih mencari mana yang benar dan mana yang salah. Bisa jadi mereka akan merasa tertinggal, berbeda, kemudian penasaran lalu mencoba-coba. Dari awal berupa coba-coba inilah kemudian terbiasa lalu ketagihan.

Sejatinya manusia itu tidak butuh merokok. Hanya kecanduan sajalah yang menimbulkan rasa butuh itu. Boleh saja perokok aktif yang saat ini sulit berhenti merokok untuk tetap merokok hingga suatu saat nanti. Akan tetapi tidaklah perlu berkata suatu hal yang bersifat mengajak non perokok aktif untuk mencoba rokok.

Intermezzo

Kalau perokok aktif candunya rokok, candu saya malah produk satu ini. Rasanya enak dan nagih banget untuk diminum setiap hari. Apalagi yang less sugar, lebih wuenak daripada yang original. Kamu juga suka gak? Jangan-jangan memang ada zat adiktifnya nih. :$ *yakaliyun*

Teh Botol Sosro
Teh Botol Sosro

Kira-kira apalagi ya yang termasuk etika merokok? Hmm..

Iklan

Satu respons untuk “Etika Merokok

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.