Momen bepergian ke Tanjung Lesung ini sangat random sebab kami tidak punya persiapan mumpuni. Yang kami tahu saat itu hanya kami akan bepergian dalam satu hari (day trip) namun entah kemana. Saat personil sudah terkumpul semua pun, kami masih belum memutuskan tujuan. Pilihan saat itu antara lain Tanjung Lesung, Ujung Kulon, Sawarna, Cirebon, Garut, bahkan Jogja! Setelah diskusi alot antara mau bepergian ke daerah barat atau daerah timur, akhirnya kami mencapai mufakat ke Tanjung Lesung saja.
Kami tidak punya rencana apapun, termasuk kuliner. Di perjalanan, setiap melihat keramaian, “Eh apa tuh kok rame?”, sampai akhirnya kami melihat warung Bu Entin. Setelah mendengar kabar otak-otaknya yang begitu enak, kami langsung banting setir putar balik menjemput warung makan Bu Entin. Eh ternyata otak-otaknya murah banget lho! Cukup Rp1,500 saja per item, hanya saja kami diharuskan menunggu persiapan matang dulu selama 1 jam. Sembari menunggu, kami makan siang dulu dengan menu warung makan Bu Entin yang beragam.
Cara memesan makanan di Bu Entin mirip dengan warung makan nasi padang. Lauk pauk sudah tersedia di meja makan, nanti perhitungan total biaya akan dilakukan setelah selesai makan. Pegawai akan melihat makanan yang sudah tersentuh dan mana yang belum tersentuh. Jadi penasaran, ada gak ya yang pakai trik seperti video ini di warung makan Bu Entin? Hahaha.
Kami tiba di kawasan Tanjung Lesung cukup sore menjelang malam, sekitar pukul 5 sore dan kawasan pantai ditutup pukul 7 malam. Kami pun memutuskan untuk mencari penginapan saja agar bisa lebih puas menikmati pantai keesokan harinya. Berhubung kami semua tidak ada persiapan menginap, maka kami sesegera mungkin mencari ‘survival kit‘ menginap semalam. Kami habiskan malam dengan bermain kartu, tawa canda mewarnai permainan dan baru selesai setelah semua personil kena hukuman setelah dinyatakan kalah dalam permainan.
Sebagai informasi, kami bermalam di Castury Homestay dengan harga yang cukup murah di hari libur. Fasilitas yang kami dapat saat itu antara lain welcome drink, kamar mandi dalam, AC, dan televisi. Cukuplah buat kami yang hanya berniat menginap semalam atau tempat beristirahat.
Cuaca keesokan harinya kurang mendukung, saat itu hujan dan angin berhembus cukup kencang di pantai. Untungnya hujan tidak deras dan cepat usai namun awan mendung masih menggantung. Kondisi pantai kurang sesuai ekspektasi, kami malah lebih suka pemandangan jalanan di dalam kawasan menuju Tanjung Lesung.



Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba kami ingin makan bakso, sekaligus makan siang. Berbekal mbah buyut Google, kami mendapati nama Baso Sogo (tanpa k ya). Dan ternyata lokasi warung yang strategis dan sejalan dengan arah kepulangan maka kami di warung makan Baso Sogo. Menunya ada bakso biasa dan bakso spesial. Saya sempat penasaran bagaimana rupa bakso spesial dan ternyata bakso yang disuguhkan memang benar spesial. Porsi bakso yang cukup besar membuat kami kekenyangan sampai malam.
Di tengah perjalanan pulang, kami melihat banyak pedagang asongan menjual buah, termasuk apel, jeruk, kecapi. Mungkin sedang musimnya kali ya. Di tengah kemacetan, kami melihat penjual durian dan salah satu dari kami nyeletuk, “Wah durian kayaknya enak tuh”. Diskusi singkat pun terjadi lalu durian terbeli dan jadilah kami belah duren yang masih utuh beserta kulitnya di dalam mobil. Untung saja porsinya cukup untuk 5 orang. Ya hidangan penutup yang pas setelah bakso spesial Baso Sogo. Kami pun mabok bareng-bareng bau durian di dalam mobil. Hahaha.
It’s about the journey, not the destinations. It feels lucky to have partner to travel with. No matter how long and where to go.
Satu respons untuk “Tanjung Lesung”