Duit gue kok segini-gini aja ya, perasaan gue gak make banyak deh
Tanggal tua nih, dompet menipis, gak makan siang dulu deh
Duh, bayar utang kartu kredit gimana nih? kemarin abis kalap pula beli jam tangan
Jika pernah membuat celetukan demikian, ada baiknya Anda segera mengecek kondisi keuangan. Emang cuma badan yang dicek kesehatan secara berkala? Besar kemungkinan kesehatan keuangan Anda sudah tidak baik dan perlu diperbaiki. Hal ini bisa terjadi karena alokasi pengeluaran untuk kebutuhkan lifestyle yang terlalu besar dan rendahnya alokasi menabung (saving), apalagi investasi.
Berbekal wawasan dari buku, sharing dari financial planner, serta beberapa artikel terkait di beberapa website, saya coba berbagi apa yang saya pahami dari semua sumber tersebut. (Duh lupa, apa aja ya website-nya) Oh iya, pemahaman saya ini terbatas pada individual yang memiliki pendapatan tetap per bulan, aliran kas sehari-hari.

Jadi bagaimana kondisi keuangan saya? Cara mengetahuinya bisa dilakukan terlebih dahulu langkah-langkah berikut,
Catat pengeluaran sehari-hari
Catat semua pengeluaran, sekecil apapun, bahkan untuk bayar parkir yang hanya seribu atau dua ribu rupiah. Catat pengeluaran selama paling tidak 1 bulan hingga 3 bulan. Kemudian evaluasi pengeluaran tersebut dalam bentuk spreadsheet / excel agar bisa didapatkan besaran prosentase setiap pengeluaran. Misalnya cicilan 30% dari total pengeluaran per bulan, makan 30%, transportasi 10%, dan seterusnya. Saya sendiri suka aplikasi Toshl, mudah sekali digunakan.
Buat anggaran “suka-suka”
Dari persentase tersebut, bisa dievaluasi pengeluaran apa saja yang dirasa cukup besar dan sebaiknya dikurangi pada bulan-bulan berikutnya. Cara paling efektif untuk mengurangi pengeluaran tersebut yakni dengan membuat anggaran setiap kategori pengeluaran. Jika pengeluaran sudah melebihi anggaran, maka kondisi keuangan dapat langsung dianggap tidak sehat.
Patuhi anggaran rekomendasi
Jika anggaran suka-suka sudah berjalan cukup baik, sebenarnya ada anggaran rekomendasi dari perencana keuangan. Anggaran rekomendasi tersebut yakni sebagai berikut,
Beginner : 10% tabungan, 30% hutang, 40% biaya sehari-hari, 20% lifestyle
Advance : 40% tabungan dan investasi, 30% hutang, 20% biaya sehari-hari, 10% lifestyle
Ngga cuma game atau pedes yang punya level, anggaran pun demikian. Menurut saya sendiri, tidak perlu muluk mencapai level advance dalam waktu singkat jika gaya hidup sebelumnya didominasi konsumtif. Beginner saja dulu, batasi gaya hidup konsumtif berlebihan, biasakan diri, kemudian hayati, lalu renungkan. (apasih?)
Yang penting menurut saya nih, hutang tidak lebih dari 30% saja sudah bagus. Sepertinya sudah menjadi aturan di mana-mana bahwa maksimal hutang / cicilan yang istilah perbankannya Debt Burden Ratio (DBR) setiap orang seharusnya tidak melebihi 30% dari pendapatan bersih. Jadi jika besar cicilanmu melebihi 30% maka kondisi keuanganmu sudah jelas tidak sehat. Nah lho? Berapa hayo hutang yang dimiliki.
Alokasikan dana darurat
Nah setelah pengeluaran sudah dilakukan sesuai anggaran, maka langkah selanjutnya yakni membuat alokasi dana darurat. Besaran dana darurat berbeda-beda tiap orang. Jika masih lajang, direkomendasikan untuk memiliki dana darurat sebesar 4x pengeluaran bulanan. Jika sudah menikah, maka 6x pengeluaran bulanan. Jika sudah punya 1 anak, maka 9x pengeluaran bulanan. Jika 2 anak, maka 12x pengeluaran bulanan. Dan seterusnya.
Miliki asuransi
Setelah itu kebutuhan finansial selanjutnya yakni proteksi berupa asuransi. Apa dan kenapa asuransi akan dijelaskan dalam post terpisah. Ada beberapa macam proteksi yakni proteksi kesehatan, jiwa, kendaraan, rumah, dan lain sebagainya. Menurut saya, hukumnya sunnah muakkad (sangat dianjurkan) memiliki proteksi kesehatan. Proteksi jiwa baru diperlukan jika memiliki tanggungan. Proteksi rumah baru diperlukan jika memiliki rumah (yaeyalah!).
Berinvestasi
Jika proteksi sudah didapatkan, kebutuhkan selanjutnya yakni investasi. Instrumen yang digunakan dalam kebutuhan investasi bermacam-macam. Mulai dari saham, obligasi, emas, tanah, dan lain sebagainya. Untuk memutuskan instrumen apa yang hendak diambil, dibutuhkan sebuah perumusan tujuan investasi. Apakah investasi ditujukan untuk diambil hasilnya dalam jangka pendek (<= 1 tahun), menengah (3-5 tahun), atau jangka panjang (> 5 tahun).
Semakin pendek jangka waktu investasi, maka instrumen investasi direkomendasikan bersifat lebih liquid dan risikonya lebih kecil. Misalnya pada tujuan jangka pendek, investasi berupa tabungan atau deposito lebih direkomendasikan daripada investasi emas. Sebaliknya pada tujuan jangka panjang, investasi saham lebih direkomendasikan daripada sekadar tabungan atau deposito.
Tidak cukup untuk menjelaskan aspek investasi dengan dua paragraf di atas. Mulai dari pentingnya berinvestasi sedari awal, macam investasi dengan beragam risiko serta keuntungan yang didapatkan, strategi, dan lain sebagainya. Akan dibahas di post terpisah ya.
Jadi, sudah sehatkah kondisi keuanganmu?
3 respons untuk ‘Kesehatan Keuangan’