Pendakian Prau sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Demi mengejar biaya tiket kereta yang paling murah, begadang tengah malam pun dilakukan untuk memesan tempat duduk untuk kami ber-12 orang. Walaupun trek Prau tidak sesulit Semeru atau Rinjani, persiapan perlengkapan tetap wajib kami lakukan.
Saya tak enak badan saat itu. Tiba-tiba demam dan flu menyerang tepat saat keberangkatan kami dari kantor menuju Pasar Senen. Saat itu sore hari di tengah hujan deras kami naik taksi ke stasiun Rawa Buntu kemudian turun di stasiun Tanah Abang. Kemudian kami sewa angkot ke stasiun Pasar Senen.
Sambil menunggu kereta, kami makan bungkusan nasi bebek yang dibeli di stasiun. Singkatnya kami naik kereta semalaman kemudian turun di stasiun akhir, Purwokerto. Kami foto bersama sejenak layaknya turis dan narsis sebelum keluar stasiun sambil kelaparan.
Cukup pagi kami tiba lalu kami cari sarapan sekaligus perbekalan di pasar setempat. Setelah itu kami sewa angkot menuju terminal bus terdekat. Dari sana kami naik bus ke terminal Wonosobo.
Di terminal tersebut kami istirahat sejenak kemudian melanjutkan perjalanan ke basecamp Prau. Di basecamp Prau kami tiba agak sore dan gerimis. Kami beli aqua botol di toko sekitar basecamp lalu bersiap memakai jas hujan.
Pendakian Prau
Di bawah rintik hujan dan hari yang semakin gelap, kami memulai pendakian. Tak lupa registrasi di basecamp dahulu, lalu kami melanjutkan perjalanan kembali. Prau cukup ramai bahkan di jalur pendakian pun kami mengantri.
Energi saya cukup terkuras akibat kedinginan di tengah antrian ditambah gelapnya malam.
Singkat cerita, setibanya kami di puncak, langsung kami dirikan tenda. Begitu lega tenda selesai dirakit, kami langsung masuk. Saya sendiri langsung tidur pulas berselimutkan sleeping bag super tebal.
Puncak Prau
Keesokan paginya saya cukup malas beranjak keluar tenda. Tapi apa daya, kapan lagi ada kesempatan melihat indahnya pemandangan matahari terbit dari Gunung Prau. Saya kuatkan sepenuh jiwa dan raga untuk mengabadikan momen tersebut di tengah sejuknya Puncak Prau.
Usai sarapan dan membongkar tenda, target kami tidak boleh sampai gelap tiba kembali di basecamp. Menimbang jalur yang cukup terjal saat pendakian, ditambah jalur yang pasti becek, licin, dan berisiko setelah diguyur hujan semalam, kami memutuskan untuk mengambil jalur lain yang lebih landai namun agak jauh. Memang cukup jauh dan agak lama perjalanan yang ditempuh tapi saya bersyukur tidak ada yang cedera atau kendala serius saat kami tiba di basecamp.
Rencananya sih kami hendak mendirikan tenda lagi. Tapi mayoritas dari kami mau menginap di homestay saja. Setelah menghubungi beberapa homestay yang kami dapatkan kontaknya melalui internet dan semuanya penuh, kami pun nekat mencari homestay dengan langsung berkunjung di dekat Telaga Warna. Untungnya kami langsung dapat homestay dengan harga yang kami sepakati bersama.
Malamnya sebagian dari kami cari berburu kuliner Mie Ongklok, sebagian lagi sekadar cari mie ayam. Dilanjutkan main kartu Uno, lalu kami beristirahat untuk bersiap melanjutkan perjalanan ke Sikunir dan Telaga Warna keesokan hari.
Telaga Warna
Kebanyakan dari kami bangun kurang pagi. Alhasil jika diteruskan perjalanan ke Bukit Sikunir akan terlalu siang. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Telaga Warna saja.
Setelah berkeliling dan foto sana sini, kami beli oleh-oleh secukupnya kemudian kami langsung bersiap menuju terminal Purwakarta. Untuk menghemat waktu perjalanan, kami langsung sewa 1 minibus dengan harga yang cukup lumayan. Sebab rute tersebut diklaim kurang umum dan terlalu jauh. Tidak apa, yang penting kami tidak ketinggalan jadwal kereta pulang.
Dibandingkan perjalanan berangkat, perjalanan pulang relatif cukup cepat, mungkin kereta melalui jalur yang berbeda.
Terima kasih bagi teman-teman yang sudah ikut serta. Syukurlah kita semua bisa pulang selamat dan senyum mengembang penuh cerita. Kapan-kapan kita ketemu lagi bareng-bareng berwisata.
amyunus 
Satu respons untuk “Prau”