Anjani dan Segara Anak

Kami dibangunkan tengah malam untuk segera memulai perjalanan ke puncak alias summit. 

Pangkal paha saya masih sakit, berjalan pun masih terseok-seok. Saya pesimis bisa mencapai puncak dalam kondisi demikian. Saya pernah bilang sebelumnya, puncak itu bonus, selamat itu utama. Banyak orang di rumah yang menunggu kehadiran kita kembali dengan kondisi selamat.

img_0693-copy

Pro tip pendakian

Ada beberapa hal yang cukup saya sesalkan saat menunggu yang lain turun dari summit dan mungkin bisa jadi pelajaran untuk yang lain,

  1. Cukup olahraga dengan tujuan melatih badan agar tidak kaget dengan energi yang diperlukan saat pendakian. Pendakian saat itu dilakukan saat libur lebaran idulfitri, jadi sebelum pendakian yakni momen puasa Ramadan. Saat itu saya cukup enggan beraktivitas berat saat puasa misalnya olahraga sebagai persiapan mendaki.
  2. Jaga makanan agar selalu dalam kondisi sehat. Disebabkan momen lebaran, berkunjung sana sini, tuan tumah menawarkan makanan ini makanan itu. Alhasil saya sempat salah makan dan membuat saya diare.
  3. Bawa barang seperlunya, benar-benar barang yang diperlukan saat pendakian. Tinggalkan barang yang tidak diperlukan saat pendakian (jika memungkinan saja ya) atau jika ada porter grup, berbagilah beban. Jika perlu, sewa porter pribadi untuk membawa barang-barangmu. Saat itu saya membawa kamera, tripod, bahkan laptop saat pendakian. Haha.

img_0701-copy

img_1136-copy

Sembari menunggu yang lain turun, beberapa dari kami yang tidak ikut summit, sarapan, bebersih, dan berunding strategi satu kelompok yang akan memisahkan diri. Kelompok tersebut akan berangkat summit pagi hari dengan perkiraan tiba kembali di Plawangan Sembalun sore hari. Saya tidak ingat persis strategi apa yang diambil, yang jelas persediaan tenda, sleeping bag, makanan, peralatan masak sudah dibagi 2 setelah itu.

Beberapa dari mereka kembali turun sekitar pukul 8 pagi. Ada juga yang baru turun saat tengah hari, pukul 11 siang. Tidak semua sampai di puncak tapi paling tidak mereka sudah mencicipi perjalanan menggapai Anjani.

img_1146-copy

Menuju Segara Anak

Setelah mereka cukup istirahat, setelah makan siang kami berangkat turun ke Segara Anak. Perkiraan kami harus tiba sebelum gelap menjelang. Pada awal perjalanan, kondisinya cukup berbatu dan berisiko untuk terpeleset. Jadi kami tetap berhati-hati melangkah hingga tiba menyusuri lembah menuju Segara Anak.

Walaupun demikian, sepanjang perjalanan, kami disuguhi dengan pemandangan yang amat teramat indah. Terutama kala matahari terbenam, saya pun tidak tahan ingin mengabadikan momen tersebut. Tak cukup sebuah foto, saya juga merekamnya dalam bentuk video. Nanti akan saya bagi hasilnya di akhir serial post ini ya.

img_1160-copy

img_1206-copy

Seingat saya saat kami tiba di Segara Anak sudah gelap dan para porter sudah berjalan mendahului. Tujuannya agar kami dapat tempat mendirikan tenda dan tentunya menyiapkan makanan. Setibanya di sana kami kebingungan tenda ada di mana. Cukup lama kami mencari informasi, entahlah, sepertinya saat itu kami berteriak-teriak memanggil nama sambil berjalan. Sampai akhirnya ada salah satu porter yang merespon dan memandu kami menuju tenda.

Pemandangan Segara Anak di Rinjani tidak begitu memukau saat malam sebab semua terlihat begitu gelap (yaiyalah!). Saat itu posisi kami agak jauh dari danau sebab area sudah penuh tenda. Gila, porter mendahului saja, area tenda sudah penuh, apalagi tanpa bantuan porter, entah di mana kami akan beristirahat melepas lelah.

Sudah baca post sebelumnya? Lagi-lagi post ini bersambung ke serial post selanjutnya…

img_1211-copy

Iklan

2 respons untuk ‘Anjani dan Segara Anak

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.