Kami berdua akhirnya memutuskan untuk melakukan sunat baby H yang saat itu umurnya 4-5 bulan. Hal ini kami rasa penting untuk menjalankan perintah agama dan menjaga kesehatan alat kelaminnya. Selain itu, kami baru tahu kalau ternyata baby H mengidap fimosis, jadi cepat atau lambat, sunat menjadi solusi akhir.
Masih bayi lho, kok udah sunat?
Kami berdua sudah berniat untuk melakukan sunat baby H sejak ia masih berumur 1-2 bulan. Kenapa? Karena saya sendiri sunat sejak masih bayi (1). Kemudian mumpung dia masih belum banyak gerak terutama, tengkurap (2). Lalu katanya proses recovery bayi cenderung lebih mudah dan cepat (3). Yang terakhir, kalau masih bayi, anak tidak ingat trauma sunat (4). We never know how trauma would affect his life.
Kenyataannya kami berdua maju mundur karena kami belum cukup yakin dan berani untuk mengambil keputusan itu. Wajar lah ya, was was, takutnya setelah sunat jadi begini jadi begitu. Kalau nanya nanya orang lain yang juga sunat bayi laki-lakinya sih, mereka menunggu perkembangan anaknya dulu paling tidak sampai 1 bulan, berat badan normal atau nggak. Kalau bagus ya lanjut, ya takutnya kalau kenapa kenapa, eh sunat yang jadi kambing hitam, padahal bisa jadi bukan.
Sunat sebagai solusi fimosis
4 bulan berlalu, wacana sunat mencuat lagi saat proses vaksin baby H. Saat itu kami tanya kondisi alat kelamin baby H ke dokter spesialis anak (DSA), ternyata kondisinya termasuk kategori fimosis. Kondisi ini membuat alat kelaminnya susah dibersihkan dan berpotensi menimbulkan masalah lainnya, Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Benar saja, saat sunat, banyak sekali Smegma yang menempel pada kulup yang tidak bisa dibuka lebar itu.
Kami pikir ya daripada menunda nunda dan malah menemui masalah yang lebih kompleks dan mahal, ya mending disunat saja. Toh mau sekarang atau ditunda, baby H bakal disunat. Cuman masalah mau dihadapi sekarang atau nanti. Daripada menunda kemudian baby H kena infeksi kemudian baby H panas dingin, minum obat, menginap di rumah sakit, biaya lebih mahal, menyita waktu dan energi, ya mending disunat saja. Ya kan?
Sebenarnya proses sunat bisa dilakukan di rumah sakit tempat kami biasa konsultasi ke DSA. Tapi istri kurang sreg kalau kalau dokternya tidak baca basmalah saat memulai proses sunat. Kami memutuskan untuk melakukan proses sunat di Rumah Sunat dr Mahdian. Kenapa? Karena dekat tempat tinggal dan kami rasa institusi terpercaya.
Sunat Metode Klem
Ada beberapa metode sunat yang ditawarkan tapi katanya sih metode klem paling direkomendasikan untuk bayi 4 bulan. Kalau sudah dewasa, katanya ga bisa pakai metode ini karena dikhawatirkan terjadi ereksi yang dapat menghambat proses penyembuhan kulit luka sunat. Proses singkatnya, penis dipasangi klem, kemudian dilakukan sunat, 4-5 hari kemudian klem dilepas.
Pemasangan klem dan pelepasan klem dilakukan oleh staf Rumah Sunat, tidak boleh dilakukan sendiri. Proses perawatan saat klem dipasang, setiap habis terkena air, klem dibersihkan dengan menggunakan NaCl (cairan infus). Selain itu, ada obat tetes 3x sehari untuk mempercepat proses penyembuhan kulit bekas luka sunat. Sebelum klem dilepas, direkomendasikan untuk berendam air hangat 30-60 menit agar pelepasan klem bisa dilakukan dengan mudah. Setelah klem dilepas, perawatannya cukup diberikan obat merah untuk mempercepat proses penyembuhan.
Kalau menurut gue nih, metode klem ini bisa meminimalisir darah, tanpa perban dan jahitan, karena klem tersebut berfungsi menjepit kulit yang luka dan menutup aliran darah. Makanya pasien masih bisa beraktivitas normal bahkan mandi seperti biasa pasca sunat. Hanya saja klem harus dijaga kebersihannya agar tidak menimbulkan infeksi pada luka sunat.
Kalau ada yang penasaran bagaimana sih proses sunat metode klem? Silakan bisa liat video sunat metode klem. PERHATIAN! Proses sunat ditampilkan eksplisit tanpa sensor. Oh iya, klem yang dipakai waktu itu Mahdian Klem. Kurang tau ya bagaimana klem tipe lainnya.
Disclaimer : Segala risiko ditanggung oleh pembaca sendiri. Post ini hanya berbagi informasi pengalaman sunat bayi menggunakan metode klem Dr Mahdian. Post ini bukan bersifat rekomendasi. Pembaca agar mengambil banyak referensi untuk menimbang dan mengambil keputusan metode sunat.
2 respons untuk ‘Sunat Bayi’