Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membeli reksadana yakni expense ratio. Tapi ya ngga cuma itu aja, reputasi manajer investasi juga penting, top holding juga penting, riwayat return dari produk juga penting, total dana yang dikelola juga penting, dan masih banyak lainnya. Intinya sih iya, perlu diperhatikan tapi ya ga cuma itu aja, ada faktor lainnya juga yang perlu diperhatikan.
Expense ratio
Singkatnya, semua biaya yang dikeluarkan oleh manajer investasi dalam aktivitas pengelolaan dana investasi, dibandingkan dengan total dana yang dikelola. Kalau diibaratkan dengan keuangan pribadi, maka expense ratio merupakan total pengeluaran per tahun dibandingkan total aset yang dimiliki. Misalnya total aset senilai 100 juta rupiah dan pengeluaran per tahun 10 juta rupiah, maka nilai expense ratio ya 10%.
Expense ratio artinya perampokan uang investor
Kalau menurut gue sih, ngga ya, that’s how much we pay them to manage our fund and also to make it accessible for us to invest in small amount of money periodically. Reksadana ini bisa digunakan oleh orang yang tidak cukup waktu dan cukup pengetahuan dalam melakukan analisa saham setiap saat. Perhatikan kata kuncinya ya, setiap saat, karena setiap hari akan selalu ada sentimen pasar yang membentuk harga harian, baik saham maupun obligasi.
Dengan reksadana, kita bisa
- mulai berinvestasi hanya 100 ribu rupiah saja, tidak perlu punya berjuta-juta rupiah setiap hendak mau berinvestasi
- punya ‘diversifikasi’ aset sehingga terjaga dari risiko jatuhnya harga 1 instrumen yang terlalu dalam
- cukup berfokus untuk menabung rutin saja tanpa perlu repot untuk cari instrumen dan analisa
- konteksnya saham ya investor tidak perlu stock pick, analisa laporan keuangan, analisa teknikal, seasonal stock, sentimen harian, dan lain sebagainya
Ada yang beropini, ya mending langsung saja investasi di saham di top holding reksadana tersebut. Ya nggak apa apa kalau punya modal besar. Bisa saja mencapai return yang sama atau jauh lebih tinggi daripada reksadana yang dicontek. Tapi apa cocok dengan profil investor yang maunya nabung rutin saja 100 ribu per minggu?
Expense ratio hanya 1.5%, mending di situ aja?
Kalau reksadana pasif (indeks), alias tinggal contek emiten yang ada di dalam indeks, ya kan emang ngga ngapa-ngapain lagi. Manajer investasi ga perlu repot repot melakukan analisa emiten secara berkala. Kalau ada perubahan indeks dari bursa saham, ya tinggal perbaharui portfolio saja.
Sedangkan reksadana aktif, yang biasanya expense ratio nilainya lebih tinggi 2-3 lipat, menurut gue sih normal saja, toh mereka melakukan langkah ekstra dalam pembelian emiten, baik analisa fundamental, teknikal, sentimen harian.
Ya tapi kalau expense ratio udah tinggi trus return juga ga mumpuni, misalnya di bawah return indeks harga saham gabungan (ihsg), menurut gue sih ga usah masuk kriteria ya.
Yakin mau kelola sendiri?
Lagipula ngapain sih ngitung ngitung return yang semestinya didapatkan kalau dikelola sendiri daripada pakai instrumen reksadana. Iya kalau ceritanya bisa mengalahkan atau minimal menyamai kinerja reksadana yang dimaksud. Kalau malah boncos besar gara gara salah stock pick? Salah pembobotan emiten? Ga gerak cepat untuk transaksi buy di harga rendah/sell di harga tinggi?
Oleh karena itu, investor retail yang ga mau repot repot analisa saham, yang ga sempet mantengin pergerakan saham tiap hari, yang ga mau dag dig dug ga bisa tidur tiap malem, pilih instrumen reksadana saja. Seninya berinvestasi di reksadana ya, kasih aja uang/nabung rutin tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, tiap sedapetnya uang, ke manajer investasi, trus biarin aja mereka kelola uangnya. Mau dibeliin apa kek, sebanyak apa kek, yang penting duitnya tumbuh.
Ini merupakan salah satu contoh saat top holding sebuah reksadana memiliki penurunan nilai pada satu waktu. Tidak tanggung tanggung, penurunan nilai terjadi 2%-6%. Namun reksadana yang memiliki top holding tersebut, hanya memiliki penurunan 3.77% saja. Bayangkan kalau dikelola sendiri dengan pembobotan yang berbeda, bisa jadi bukan hanya 3.77% tapi lebih parah.

Tertarik mulai berinvestasi di reksadana? Download aplikasi bibit di sini : http://bit.ly/bibitreferral1, kemudian isi kode promo mulaireksadana25 ya. Dapatkan cashback 25 ribu rupiah untuk pembelian reksadana pertamamu.
Satu respons untuk “Beli Reksadana, Perhatikan Expense Ratio!”