Gue niatnya cuma pengen berbagi sih. Selama bertahun tahun, sejak kuliah, gue ngumpulin informasi dan praktik bagaimana mengelola uang dengan baik. Banyak banget teori di luar sana tapi seringkali ngambang. Kenapa? Karena keuangan adalah topik personal atau ranah privat masing-masing orang.
Gue ga ada niat menggurui atau berharap saran gue diikuti. Gue awalnya pengen wawasan ini gue share ke anak gue. Cuman karena bocahnya masih bayi dan gue gatel mau ngomong ini, ya apa salahnya gue tulis. Kali aja bisa bermanfaat buat orang lain dan nanti bocah mungkin masih bisa baca tulisan ini kalau udah gede. Kalau domain dan blog masih ada ya.
Judulnya simpel, tips keuangan bagi karyawan. Mungkin sebenernya bisa juga dipakai yang bukan karyawan, misalnya entrepreneur dan freelancer. Tapi gue share aja wawasan gue yang udah jadi karyawan bertahun tahun dengan habit terima gaji tetap setiap bulan.
Trus kenapa fresh graduate? Biasanya mereka ini mengalami sindrom first-job, baru punya uang hasil kerja sendiri. Maunya dipake untuk memenuhi kepengenan sendiri, pengen beli ini pengen beli itu, pengen jalan-jalan ke sana ke sini, dst. Naaah, kalau ada yang lagi prihatin dan ga pengen ikut khilaf terkena sindrom itu, mungkin blogpost ini bisa sedikit berguna. Biar bisa jadi acuan, berapa sih yang perlu disisihkan, buat apa aja sih, berapa banyak sih.
Panjang bener pendahuluannya ya, udahan dulu yuk cuss langsung ke pembahasan.

Sisihkan 10% penghasilan
Sebisa mungkin atur hidup dengan 87.5% penghasilan. Anggep aja uang 10% itu hilang dan baru bisa diakses saat ada kebutuhan. Inget yang gue maksud kebutuhan di sini bukan sembarang kebutuhan.
Mm 2.5% nya lagi zakat / sedekah / donasi. Gue ga ngerti sih agama lain gimana tapi menurut gue ini bisa dijadikan nilai universal untuk menyisihkan sebagian harta untuk dibagikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Setuju?
Kebutuhan apa saja emang? Kebutuhan darurat, kebutuhan pensiun, dan kebutuhan pendidikan anak. Kebutuhan pendidikan anak sendiri, masing-masing orang relatif ya, mau punya anak atau engga. Tapi kebutuhan darurat dan kebutuhan pensiun ini menurut gue mutlak dibutuhkan semua orang.
Kebutuhan buat lain-lain gimana? Misalnya kebutuhan beli laptop, hp, gadget, hobi, mobil, rumah, jalan-jalan, kuliah lagi, dst. Nah kebutuhan ini gue kategorikan sebagai kebutuhan impian. Kategori ini proritasnya setelah alokasi kebutuhan 3 di atas sudah terpenuhi.
Tiap orang bakal beda nih kebutuhannya. Ada yang udah cukup pake hp/laptop sekarang. Ada yang ga butuh beli gadget. Ada yang hobinya yang standar standar aja, ga muluk atau fanatik. Ada yang cukup pake motor, ga pake mobil. Ada yang prefer nomaden saja ketimbang beli rumah menetap. Ada yang prefer di rumah aja daripada jalan-jalan. Ada yang prefer kerja aja daripada kuliah lagi.
Prioritas 10% penghasilan
Yang jelas 10% penghasilan yang pertama, dialokasikan untuk kebutuhan darurat. Berapa banyak? Teorinya banyak, google saja. Yang jelas ini hal wajib yang perlu dialokasikan saat pertama kali mendapatkan penghasilan.
Kebutuhan lainnya bagaimana? Kalo bener ga bisa menyisihkan 10% penghasilan lagi ya setelah kebutuhan darurat terpenuhi.
Kebutuhan pensiun ini sebaiknya dimulai sedini mungkin agar pengalinya besar saat mencapai usia pensiun. Katakanlah pertama kali bekerja usia 22 dan usia pensiun 57 artinya ada 35 tahun bekerja untuk mengumpulkan uang pensiun. Kebutuhan pensiun ini sangat diperlukan untuk memutus tali generasi sandwich.
Ga tau juga ya 10% penghasilan setiap bulan sampai usia pensiun bakal mencukupi kebutuhan selama pensiun selama berapa tahun. Cuman ya mending ada daripada ngga ada sama sekali. Bingung ga kalau ga ada pegangan uang selama pensiun secara udah ga kerja lagi. Ya kalau masih mau kerja sih gapapa. Cuman enakan rebahan ga sih kalau udah tua tuh? #teamrebahan

Kebutuhan pendidikan anak sendiri sebenernya relatif ya mau mulai dikumpulkan kapan. Tapi kalau bisa dikumpulkan dari pertama kali bekerja, wah itu mantep banget. Walaupun belum tau juga ya kapan mau nikah, kapan punya anak. Tapi konsepnya sama dengan kebutuhan pensiun, semakin lama dikumpulkan, pengalinya semakin besar.
Harapannya kan anak bisa menuntut ilmu di mana saja dan melakukan apa saja tanpa terkendala biaya. Mau sekolah mahal hayuk, mau les bahasa apa aja hayuk, mau kuliah di perguruan tinggi swasta hayuk, mau ambil sertifikasi spesialis hayuk, mau S2 hayuk, dst. Intinya sih jangan sampe potensi anak mentok karena terkendala biaya. Tanggung jawab orang tua tuh.
Ekstra 10% penghasilan
Walaupun gue belum ngelakuin nih tapi gue percaya kalau punya penghasilan lain itu sangat ngebantu banget buat mencapai tujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan di atas lebih cepat dan lebih banyak. Maksudnya lebih banyak itu daripada pakai prioritas, ya langsung aja menyisihkan penghasilan untuk beberapa kebutuhan di atas sekali waktu.
Multiple sources of income is necessary
Mumpung masih muda artinya punya banyak tenaga. Masih kuat begadang, masih kuat forsir badan. Mumpung masih single artinya punya banyak waktu, banyak banget sih menurut gue. Kalau udah punya istri dan anak, waktu akan terbagi untuk keluarga. Kalau masih single itu kebutuhan finansial masih bisa sangat ditekan dan dihemat. Berbeda kalau sudah punya istri dan anak, prioritas pengeluaran akan terpusat untuk kebutuhan keluarga, terlebih anak.
Jadi mumpung masih muda dan single, maksimalkan potensimu. Kembangkan karirmu. Optimalkan investasimu. Agar nanti bisa mencukupi kebutuhanmu di masa depan dan kebutuhan keluargamu. Kalau gue pikir-pikir rasanya lebih enak ngajak jalan-jalan keluarga daripada jalan-jalan sendiri.

Kesimpulan
- Sebaiknya memiliki sumber penghasilan lebih dari satu. Istilah kerennya side hustle.
- Sisihkan penghasilan untuk 3 kebutuhan utama : 10% kebutuhan darurat, 10% kebutuhan pensiun, 10% kebutuhan pendidikan anak
- Artinya total 30% penghasilan untuk 3 kebutuhan di atas. Hidup cuma mengandalkan 70% penghasilan.
- Kalau cuma bisa 10% ya berarti bikin prioritas. Yang jelas kebutuhan pertama itu kebutuhan darurat, baru deh kebutuhan pensiun atau kebutuhan pendidikan anak.
- Ya kalau udah punya anak sih mending menyisihkan 20% ya daripada ada prioritas. Kapan seleseinya kalau ada prioritas.
- Ga cukup? Balik ke prinsip awal, penghasilan sebaiknya lebih dari satu.
- Baru deh bisa menyisihkan untuk kebutuhan lain. Buat beli hp, laptop, motor, mobil, rumah, haji, gadget, kuliah lagi, hobi, jalan-jalan, dst.
- Katakanlah kebutuhan di atas butuh menyisihkan 20% penghasilan, berarti hidup mengandalkan 50% penghasilan.
- Ga cukup? Balik lagi ke prinsip awal, penghasilan lebih dari satu itu jauh lebih baik.
Bodo amat dibilang pelit atau hemat bingit. Yang penting masa depan terjamin. Mending mana, ngurusin omongan orang lain atau ngurusin masa depan sendiri?
Wah udah banyak juga cuap-cuap gue ya di blogpost ini. Sekali lagi, gue niatnya berbagi, gue bukan ahli. Masalah keuangan memang ranah pribadi. Solusi keuangan setiap orang bakal unik karena punya kondisi masing-masing. Ga bisa disama ratakan satu sama lain.
Eh ada satu lagi …
Kita belum ngomongin proteksi dan instrumen investasi lho. Proteksi ini penting agar uang yang sudah kita kumpulkan untuk kebutuhan di atas malah jadinya terpakai karena satu dan lain hal. Iya kita ngomongin asuransi, mau itu asuransi kesehatan atau asuransi jiwa murni.
Instrumen investasi ini juga penting agar uang yang sudah dikumpulkan tidka menguap sia-sia hilang entah kemana dan tentunya mengungguli nilai inflasi setiap tahunnya.
Yak, ada komentar? Feedback? Tambahan wawasan? Kolom komentar di bawah, dipersilakan.
Satu respons untuk “Tips Keuangan bagi Karyawan Fresh Graduate”