Bangkok : Transportasi

Selama 1 bulan, gue tinggal di Bangkok untuk kepentingan pekerjaan. Ini pengalaman pertama gue tinggal di negeri orang dan gue rasa ada beberapa hal yang cukup menarik untuk dibagikan. Nah post ini terkait transportasi.

Sebenarnya topik transportasi di Bangkok ini sudah pernah gue share di pos Thailand : Tips. Tapi nampaknya terlalu singkat, jadi gue bikin post panjangnya saja.

Taken from Wikipedia

Bus

Sebenernya jika dibandingkan dengan Jakarta, kondisinya tidak berbeda jauh. Mirip dengan TransJakarta, transportasi umum berbasis bus yang memiliki lajur terpisah dan halte eksklusif di bagian kanan jalan. Jadi kalau mau ke naik BRT, harus menaiki jembatan dulu dan tentu membayar tiket.

Tiketnya bisa dibayar dengan kartu uang elektronik (Rabbit) atau dengan single journey card yang dibeli melalui vending machine. Kalau menggunakan Rabbit ya masuk-keluar tinggal tap. Tapi kalau menggunakan single journey card, kalau masuk halte ditap tapi kalau mau keluar, kartu dimasukkan ke dalam lubang mesin tap. Vending machine untuk single journey card menerima pembayaran berupa uang koin (1, 2, 5, 10) dan uang kertas (20, 50, 100). Jika ada kembalian, akan diberikan dalam bentuk koin. Tapi menurut gue, tarifnya memang agak sedikit lebih mahal.

Alternatif lebih murahnya bisa menaiki bus-bus kecil yang sepadan dengan metro mini atau kopaja. Kondisinya melewati lajur yang sama dengan kendaraan lain dan beberapa bus tidak memiliki AC. Oh iya, pembayarannya masih berupa tunai. Ini moda transportasi favorit gue kalau sedang tidak terburu buru. Gak ada rasa khawatir akan berlama-lama karena terjebak macet.

Saat menggunakan fasilitas publik ini, gue baru ngerasa pentingnya single trip card yang saat ini belum dimiliki oleh TransJakarta. Sejak diterapkan pembayaran hanya bisa dilakukan nontunai, sampai saat tulisan ini dipos, belum ada solusi bagi turis atau pengguna yang hanya ingin menggunakan fasilitas bus TransJakarta sekali jalan, bukan berlangganan. Biaya berlangganan sebenernya cukup berat saat pertama kali saja, pembelian kartu dan minimal pengisian saldonya. Kan lumayan kalau sudah isi saldo banyak tapi cuma dipake sekali sekali saja.

Ojek / Taksi

Walaupun sudah ada ojek daring (Grab dan GET!), ojek pangkalan masih cukup populer karena tarifnya yang relatif lebih murah. Katakanlah tarif dari tempat tinggal gue ke kantor, Grab menyematkan tarif sekitar 36 sedangkan ojek pangkalan hanya menyematkan 30. Oh iya, menariknya ojek pangkalan di Bangkok menampilkan tarifnya di sebuah papan atau baliho. Jadi pengguna mungkin lebih merasa tidak dirugikan karena tarifnya bisa diketahui pengguna tanpa perlu bertanya terlebih dahulu.

Jujur gue sendiri sih belum pernah naik ojek karena gue lebih memilih naik BRT yang tarinya hanya 15 baht dengan tujuan yang sama.

Hal yang sama juga berlaku untuk taksi. Tarifnya memang lebih murah taksi biasa dibanding taksi online. Kendaraan taksol juga memang bisa dibilang berkelas (bukan ecek ecek). Jadi ya mungkin memang disengaja oleh pemerintah Thailand agar persaingan masih cukup sehat antara offline service dan online service.

Taken from Wikipedia

MRT dan LRT

If I’m not mistaken, MRT in Bangkok is called MRT and LRT in Bangkok is BTS SkyTrain. Kesan pertama gue, mihil bingit. Hahaha. Karena gue ngebandingin dengan biaya naik bus semacam metromini. Tapi emang jadi andalan untuk menghindari macet dan perjalanan jauh. Kerennya itu selama di dalam MRT kita tahu posisi ada dimana dan berapa kali pemberhentian sampai stasiun yang kita tuju.

Karena MRT sudah bisa digunakan di Jakarta, jadi gue bisa katakan BTS Skytrain ini mirip banget dengan MRT. Cuman ya lagi-lagi di MRT ada single journey card jadi cukup efisien untuk turis atau orang macam gue yang ga tinggal lama di Bangkok. Gue masih ga paham kenapa TJ dan MRT ga mengeluarkan produk serupa.


Photo by Waranont (Joe) on Unsplash

Yang gue suka dari moda transportasi di Bangkok yakni terpadunya masing-masing moda transportasi tersebut. Entah dengan jembatan yang menyambungkan halte BRT dengan stasiun BTS SkyTrain, atau stasiun BTS SkyTrain dengan MRT, atau ke tujuan wisata populer, misalnya mall atau pusat kota. Walaupun kondisi panasnya memang tidak cocok dengan pejalan kaki tapi gue bilang sih fasilitasnya sangat memanjakan pejalan kaki.

Taken from chaophrayaexpressboat.com

Chao Phraya Boat

Ah iya, satu lagi. Kalau turun di stasiun BTS SkyTrain Saphan Taksin, begitu keluar stasiun, kita bisa langsung menemukan dermaga untuk bisa menaiki moda transportasi perahu/kapal. Ngomong-ngomong, ada 4 pintu keluar BTS, gue lupa pintu keluar nomor berapa. Dilihat saja palang tandanya ya, pasti ada kok keterangannya.

Moda transportasi ini menyusuri sungai Chao Phraya dan memiliki beberapa ‘pelabuhan’ untuk menaik turunkan penumpang. Nah yang perlu diketahui yakni ada beberapa perusahaan yang berbeda dalam menyediakan fasilitas moda transportasi perahu/kapal tersebut. Kapal masing-masing perusahaan ditandai dengan warna bendera di perahu/kapal tersebut. Ada jingga, kuning, hijau, biru, dan lainnya. Tarifnya juga bermacam-macam, ada yang mahalnya minta ampun sejumlah 60, ada juga yang hanya 10, bahkan gratis.

Tiket seharga 60 ini termasuk hop on hop off, jadi bisa naik turun dalam sehari beberapa kali. Cocok untuk turis yang hendak berkunjung ke beberapa tujuan wisata di sekitar sungai Chao Phraya. Nah kalau yang biasanya gue beli ya orange flag dari Chao Phraya Express, biayanya sekitar 15-20. Booth nya agak tersembunyi, jadi perlu teliti saja ya agar tidak mudah terjebak dengan orang-orang berseragam warna biru. Terakhir, ada juga yang gratis. Biasanya tujuannya hanya 1 dan sudah spesifik, Asiatique Riverfront Night Market dan IconSiam Mall.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.