Setelah Bandung, kali ini saya akan bercerita pengalaman jalan-jalan saya di Jogjakarta. Selain dikenal sebagai Kota Pelajar, kota ini juga dikenal sebagai kota yang ngangenin (dirindukan). Sampai-sampai ada slogan, “Kapan ke Jogja lagi?”
Ada yang menyebutnya Jogja, Jogjakarta, Yogya, Yogyakarta, Yujo, dan lain sebagainya. Saya lebih suka menyebutnya Jogja sebab lebih mudah dilafalkan dan lebih terdengar akrab.
Berbekal penginapan dan akomodasi yang sudah dipesan jauh hari sebelumnya, saya menginjakkan kaki di Stasiun Tugu Jogjakarta tanpa kepastian tujuan esok hari. Iya, saya baru menyusun itinerary pada hari-H. Asyik seru menantang gitu ceritanya jelajah tempat tanpa rencana.
Setelah saya bertemu dengan agen TransMojo yang mengantarkan motor sewaan saya ke stasiun, saya langsung meluncur ke penginapan dengan memberikan jaminan berupa 3 kartu identitas. Saat itu saya menginap di MangoTree Dipudjo, sebuah guest house yang menurut saya cukup nyaman ditempati. Lokasinya agak jauh dari Malioboro dan cukup sulit ditemukan awalnya sebab masuk gang kecil. Namun yaaa boleh lah.

Foto-foto perjalanan lainnya di Jogjakarta
Setelah browsing sana-sini, berikut beberapa tujuan wisata saya di Jogjakarta,
Kawasan Goa Pindul
Di sini Anda bisa menemukan banyak spot cave tubing selain Goa Pindul. Layanan wisata ini tidak dikelola secara terpusat namun dikelola oleh (kalau tidak salah ingat sekitar) 9 agen yang akan menawarkan Anda paket-paket wisata kawasan Goa Pindul. Saya sendiri memilih agen Pondok Darwis Gelaran Indah.

Setelah membeli paket, Anda akan ditawarkan sebuah loker untuk menyimpan barang-barang Anda dan plastik jika Anda tetap ingin membawa ponsel. Dari tempat agen, Anda akan diantarkan ke masing-masing spot sesuai paket menggunakan mobil bak terbuka namun berpagar tinggi. Di tempat agen, juga tersedia kamar mandi dan kamar ganti.
Oh iya, saya sempat kesulitan menemukan kawasan Goa Pindul. Alhasil ada seorang warga yang berkeinginan mengantar saya hingga tempat agen. Ia bilang, “Nggak usah khawatir, saya gak minta bayaran kok dari mas”. Benar saja saya tidak diminta dan menurut saya cara ini digunakan untuk mendapatkan komisi dari agen.
Bukit Parang Endog
Pada saat saya berkunjung ke tempat ini, jujur saya tidak tahu ternyata bukit itu punya nama sendiri. Yang saya tahu lokasinya di Parangtritis dan biasa digunakan sebagai spot olahraga Paralayang. Nah sebenarnya saya ingin mencoba Paralayang namun nampaknya tidak ada yang sedang terbang di situ. Jadilah saya menikmati keindahan senja matahari yang secara perlahan memudarkan sinarnya untuk malam, bulan, dan bintang. #halah



Candi Borobudur, Tamansari, Candi Prambanan, Malioboro, Nol Kilometer, Tugu Jogjakarta
Beberapa tujuan mainstream yang harus dikunjungi saat berkeliling Jogjakarta. Sebenarnya Candi Borobudur sudah masuk daerah Magelang sih tapi ya dekat dengan Jogjakarta, boleh lah. Deskripsi tempat wisata tidak perlu saya ceritakan di sini sebab ya gitu-gitu aja sih, kurang menarik bagi saya.



Tahu kapan saat Indonesia dihebohkan dengan kedatangan Bos Facebook di Indonesia dengan fotonya sedang menikmati hangatnya matahari terbit di Borobudur? Yap, di tanggal yang sama saya sempat berniat untuk membeli tiket sunrise di Borobudur. Namun disebabkan mahalnya tiket sunrise sekitar 20 kali lipat tiket biasa, iya ditawarkan sebagai paket tersendiri, saya pun mengurungkan niat. Eh ndilalah, ternyata ada bosnya pesbuk, tau gitu saya beli aja ya, kan kapan lagi coba bisa selfie sama bosnya pesbuk. Hahaha.
Kesan Manis Pahit Jogja
- Kurangnya transportasi umum membuat saya terpaksa untuk berkeliling sana-sini dengan menggunakan sepeda motor.
- Ada perpustakaan yang asyik dan ramai digandrungi anak muda, semacam public space
- Jika Anda berkunjung, jangan lupa untuk menikmati kuliner sate klathak, gudeg, dan kopi jos. Sebagai oleh-oleh, Anda bisa membawa bakpia.
- Situs YogYes.com sangat membantu perjalanan saya. Navigasinya yang mudah digunakan membuat saya gampang mencari apa yang saya mau lakukan di Jogjakarta.
Kapan ke Jogja lagi?