Kawah Ijen

Post ini merupakan rangkaian perjalanan Bali-Banyuwangi-Malang. Sebelum ke Kawah Ijen, kami mampir Menjangan (di Taman Nasional Bali Barat), Baluran, dan Pantai Bama (keduanya di Taman Nasional Baluran). Setelah snorkeling, jalan-jalan di savana gersang, dan mantai, kami pun melanjutkan perjalanan dengan naik gunung.

ijen-001

Rincian Biaya

Biaya pemandu Rp200.000 dan HTM Ijen Rp5000. Jika membawa motor, parkir per malam Rp7500.

Kisah Perjalanan Kawah Ijen

Tepatnya malam hari, setelah makan kenyang nasi goreng pinggir jalan, kami membentuk konvoi sepeda motor menuju Paltuding, basecamp Kawah Ijen. Bukan hal yang mudah, rombongan sering terpisah sebab belum mengerti adab atau tata-krama konvoi. Akhirnya ada satu motor dari rombongan yang menawarkan diri menjadi leader atau pemberi instruksi rombongan (sepertinya sudah berpengalaman melakukan konvoi).

Selama satu jam (atau lebih? lupa euy), kami menembus jalanan yang gelap gulita, angin yang dingin tak karuan, serta kantuk yang mendera (iya, saya ngantuk sangat).

Kami menemui kesulitan baru. Beberapa motor (matic), mesinnya menjadi sangat panas, berpotensi mogok. Tak hanya itu, ada juga yang kehabisan bensin. Jalanan menuju basecamp memang tidak main-main naik turunnya. Kami berkali-kali berhenti di tengah perjalanan untuk mencari solusi agar semua motor bisa berhasil sampai Paltuding (di tengah malam yang gelap gulita dan dinginnya angin malam). Saya jadi ingat perjalanan saya ke Bromo, pun seperti itu, motor bahkan mogok tak mau jalan di tengah perjalanan menanjak.

ijen-029

Strategi pertama kami yakni mengurangi beban yang ada pada motor tersebut dengan membagi beban tersebut ke motor lain. Tidak mempan, mesin motor masih panas. Kesulitan kami berlanjut, ban motor bocor. Mana ada tukang tambal ban sepanjang jalan menuju Paltuding dan masih buka tengah malam begini?

Strategi kami selanjutnya yakni rombongan dibagi, ada yang mendorong motor ban bocor dan ada yang berangkat menggunakan motor lainnya lalu menunggu di depan dengan jarak seperlunya. Sekiranya yang mendorong sudah kecapekan, akan diganti oleh yang sudah menunggu di depan. Entah bagaimana ceritanya, rombongan yang di depan sudah tidak terlihat mata dan akhirnya hanya lima orang (atau berenam?) dari rombongan yang mendorong sepeda motor. Salah satunya saya, jalan kaki menanjak menuju Paltuding di tengah malam dan dingin mendera. Anggap saja sebagai pemanasan (sebelum nanjak dan menjaga tubuh agar tidak kedinginan dengan terus bergerak).

Setelah beberapa lama (cukup lama, sekitar setengah jam), kami cukup kecapekan dan meminta setiap orang yang melewati kami untuk menyampaikan pesan pada teman kami di atas sana, bahwa kami sudah benar-benar butuh bantuan tidak bisa melanjutkan. Akhirnya mereka datang, katanya cukup susah mencari bala bantuan dan lain sebagainya, entah saya tidak ingat persisnya bagaimana, waktu itu saya cuma bersyukur akhirnya saya bisa sampai Paltuding tanpa perlu susah payah lagi.

#ProTip: Lebih baik menyewa mobil atau truk untuk menuju Paltuding agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

ijen-028

Setibanya di Paltuding, saya langsung beristirahat (tidur) untuk bersiap sebelum nanjak. Istirahat yang cukup merupakan bekal yang teramat penting dalam perjalanan mendaki gunung. Walaupun cuma Kawah Ijen tapi badan harus selalu dijaga tetap sehat dan prima saat menanjak.

ijen-027

Sekitar pukul satu (atau dua?) dini hari, kami pun bertolak menuju Kawah Ijen. Perjalanan kami diwarnai hujan, menurut saya itu menambah tantangan dalam perjalanan. Kami beruntung (alhamdulillah), suasana belum hujan dalm kondisi motor mogok sebelumnya. Ada kondisi badan teman kami yang cukup drop, dia muntah dalam perjalanan. Setelah cukup dipaksakan, akhirnya dia berhenti di pos-apa-gitu-namanya yang berbentuk rumah kecil. Kami menunggu cukup lama agar bisa melanjutkan bersama namun akhirnya dia turun untuk beristirahat daripada kondisi badan semakin drop dan lebih parah.

ijen-026

Saya dan beberapa anggota rombongan terpisah dengan pemandu yang kami sewa untuk mengantarkan kami ke Kawah Ijen. Walaupun demikian, kami tetap melanjutkan perjalanan dengan mengikuti rombongan lainnya di depan (yang tidak kami kenal) yang juga menuju Kawah Ijen. Setibanya di pinggir kawah, kami mengantri bergantian turun tangga dengan rombongan-rombongan lainnya menuju nyala Api Biru (Blue Fire) dengan memprioritaskan penduduk setempat yang bekerja sebagai penambang batu akik belerang.

ijen-015

Asap belerang dari kawah cukup mengepul, membuat kami berkali-kali batuk tanpa henti. Berbahaya jika tidak memakai semacam masker untuk melindungi pernapasan kita. Paru-paru kita bisa menguning sebab terlalu banyak menghirup belerang. Itu yang terjadi pada penduduk setempat yang menjadi penambang belerang tersebut, saya melihat banyak dari mereka yang tidak memakai masker.

ijen-004

Saya pun bertanya-tanya pada pemandu di dekat saya (pemandu rombongan lain). Jawabnya begini, “Mereka sudah terbiasa tidak memakai masker. Banyak dari penduduk setempat yang terkena penyakit kuning. Paru-parunya sudah tercemar oleh belerang.”

“Wogh!”, kejut saya sambil mengabadikan blue fire yang sedang menyala-nyala dengan ganas di tengah kegelapan Kawah Ijen. Saya cukup kesulitan menangkap momen karena saya lupa membawa tripod. Spoiler alert! Blue fire mirip dengan api kompor blue gaz. Krik.

#ProTip: Datang lebih pagi sebelum fajar saat masih gelap gulita dan bawalah tripod agar mempermudah proses pengabadian momen blue fire yang langka di dunia ini. Cuma ada dua loh!

ijen-008

ijen-002

Saat fajar menjelang, blue fire sudah tak lagi nampak. Hanya tersisa asap belerang dari kawah yang semakin tebal menerpa kami. Sungguh, selepasnya baju kami bau belerang. Untung saja saya pakai jas hujan jadi jaket andalan tidak begitu bau belerang.

#ProTip: Bila mengambil foto atau meminta bantuan penambang belerang, sekiranya ikhlas memberi rejeki lebih kepada mereka.

Seingat saya mereka dibayar kurang dari Rp1000 per kilogram untuk setiap belerang yang mereka bawa. Mereka membawa 70 kilogram setiap harinya. Itu seingat saya, mohon dikoreksi ya jika ada yang salah.

ijen-023

Dokumentasi foto lengkap ada di flickr.

2 respons untuk ‘Kawah Ijen

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.