Yuk Nabung Saham

Mungkin banyak yang akan tanya, kenapa saham? Yuk bareng-bareng kita lihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari tahun ke tahun. Dalam waktu 16 tahun (2002-2018), nilai IHSG bertumbuh hingga 14 kali lipat (1400%). Jenis investasi mana lagi yang mampu memberikan return sekian besar.

ihsg

Oke, kenapa gak investasi yang lain aja, investasi saham kan berisiko banget. Iya, benar sekali, investasi saham akan berisiko kalau kita belum tahu bagaimana berinvestasi yang baik di pasar modal. Oleh karena itu, kita perlu belajar dulu sebelum terjun ke dalamnya. Bagaimana? Ada Sekolah Pasar Modal, gratis lho! Sekarang ada kelas online pula.

kenapa saham.jpg

Dalam rangka belajar apa itu pasar modal dan serba serbinya, dua tahun lalu (2016), gue ikut Sekolah Pasar Modal yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Di program tersebut, gue diberikan materi terkait pasar modal berikut pembukaan rekening sekuritas dengan setoran awal yang cuma seratus ribu rupiah. Kenapa gue bilang “cuma”? Karena jika tidak lewat program ini, setoran awalnya bisa berjumlah jutaan rupiah.

Setelah mengikuti program tersebut, gue nggak menyentuh sama sekali rekening sekuritas tersebut. Alasannya klasik, karena masih takut. Pada akhirnya pada bulan Februari 2018, gue akhirnya nekad beli saham TLKM (di harga 4000an). Setelah itu rekening tersebut idle lagi.

Pada bulan Mei 2018, entah kenapa gue terdorong untuk iseng coba beli saham lagi tapi emiten selain TLKM. Kriterianya apa? Ngawur dan ngasal, entahlah gue sendiri udah lupa waktu itu beli karena apa. Hal kayak gini gak boleh dicontoh sih. Haha. Hasilnya? Gue udah jual untung 3 saham emiten dan sampai saat pos ini ditulis, 3 saham lainnya masih belum dijual karena kondisinya masih di bawah harga gue beli. Daripada rugi, mending gue tunggu aja sampai harganya normal lagi baru deh gue jual.

Udahan ya curhatnya, gue lanjut sharing aja gimana caranya nabung saham dari awal. Singkatnya begini, langkah pertama yakni membuka rekening di sekuritas. Langkah kedua yakni menyetor dana ke rekening tersebut. Kemudian langkah ketiga yakni membeli saham emiten yang diinginkan.

Memilih sekuritas

Oke, pelan-pelan ya. Kita mulai dari langkah pertama. Sekuritas mana yang dipilih? Ada banyak pilihan kalau merujuk ke website IDX. Gue sendiri saat ini memakai sekuritas IndoPremier.

Gue sih oke oke aja awalnya, toh gue gak punya perbandingan. Tapi akhir-akhir ini baru sadar kalau ternyata biaya transaksinya relatif mahal, biaya beli sejumlah 0.19% transaksi dan biaya jual sejumlah 0.29% transaksi. Gue bilang relatif mahal, sebab ada sekuritas lain yang memiliki biaya beli sejumlah 0.15% dan biaya jual sejumlah 0.25%. Kalau ada  sekuritas yang menawarkan biaya lebih murah lagi, kasih info saja ya di kolom komentar.

Tapi biaya transaksi bukan satu-satunya pertimbangan dalam memilih sekuritas. Pertimbangan lainnya yakni fitur yang dimiliki oleh sekuritas untuk membantu nasabah melakukan evaluasi emiten. Mulai dari charting, data laporan keuangan, tabel perbandingan, dst.

Oh iya, ada pilihan rekening reguler dan rekening syariah ya. Jika memilih rekening syariah, maka transaksi akan dibatasi dengan asas syariah. Salah satunya yakni hanya bisa jual beli saham syariah. Ketersediaan pilihan ini tergantung sekuritas masing-masing ya.

Setoran awal

Nah biasanya setoran awal tuh disyaratkan jutaan rupiah. Kalau cuma sekadar iseng atau belajar aja kan agak sayang ya nyetor uang segitu banyak. Cuman kalau sekarang gue mikir sih, worth it aja sih setoran awal sekian juta rupiah. Karena begitu setor langsung aja dibelikan saham bluechip, yang harganya masih terjangkau tentunya.

Memilih emiten

Nah bagusnya beli saham emiten apa sih? Bagusnya sih memilih saham bluechip saja. Kemudian saham perusahaan tersebut sudah kita kenal produknya dalam keseharian kita. Itu kriteria paling gampangnya.

Apa sih saham bluechip? Banyak yang bilang kalau saham bluechip sering ditemukan di indeks LQ45. Tapi ya nggak mesti juga sih jadi harus dilihat dan diteliti lagi. Apakah laporan keuangannya membukukan keuntungan setiap tahunnya. Apakah harganya konstan naik dari tahun ke tahun. Apakah rasio keuangan lainnya sehat untuk kategori perusahaan tersebut. Dan lain lain dan lain lain.

TLKM

Misalnya TLKM (Telekomunikasi Indonesia, Tbk), yang membukukan keuntungan setiap tahun. Produknya kita kenal di kehidupan sehari hari misalnya layanan telekomunikasi Telkomsel Halo atau Telkomsel Simpati. Market cap nya cukup besar sehingga harga sahamnya tidak rentan digoreng oleh bandar saham.

Eh tanya lagi dong!

Mungkin gak semua pertanyaan sudah terjawab di pos ini. Jadi ada referensi lain yang mungkin menjawab pertanyaan kalian. Silakan kunjungi website Yuk Nabung Saham. Kalau masih ada pertanyaan lainnya, boleh lah kasih di kolom komentar. Tapi gue gak janji bisa jawab ya, kita masih sama sama belajar. Juga mungkin bagi yang sudah ahli, mohon koreksi lho. Hehehe.

Fun fact: Melalui aktivitas jual beli di pasar modal ini, gue jadi belajar membaca laporan keuangan perusahaan, efek kondisi ekonomi global dan domestik, dst. Pokoknya seru!

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.